Mengenal Surah Al-Lahab dan Bukti Al-Quran bukan Tulisan Nabi Muhammad
Surah Al-Lahab merupakan surah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan sebelum Nabi Muhammad hijrah. Surah ini memiliki beberapa faedah yang bagus dan jika kita renungkan tentang turunnya surat ini, maka kita akan dapati kesimpulan bahwa Al-Quran tidak mungkin hasil dari tulisan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.
Surah Al-Lahab adalah surah Makiyyah. Surah Makiyyah artinya surat yang turun sebelum Nabi Muhamad shallallahu ’alaihi wa salam hijrah dari Makkah ke Madinah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radiyallahu ’anhuma,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْبَطْحَاءِ فَصَعِدَ إِلَى الْجَبَلِ فَنَادَى يَا صَبَاحَاهْ فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ حَدَّثْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ مُصَبِّحُكُمْ أَوْ مُمَسِّيكُمْ أَكُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا تَبًّا لَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ } إِلَى آخِرِهَا
“Suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju Bathha`, kemudian beliau naik ke bukit dan berseru, “Wahai orang-orang!” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul menuju beliau. Lalu beliau bertanya, “Apa pendapat kalian, jika aku mengabarkan kepada kalian bahwa musuh akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih.” Maka Abu Lahab berkata, “Apakah hanya karena ini kamu mengumpulkan kami? Celaka kamu.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla pun menurunkan firman-Nya, {TABBAT YADAA ABII LAHAB} hingga akhir ayat.” (HR Bukhari)
Dari hadis tersebut kita bisa ketahui bahwa surah ini turun untuk membalas celaan Abu Lahab terhadap Nabi kita Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam ketika beliau mendakwahkan Islam kepada kaum Quraisy. Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya,
أبو لهب هو عم النبي صلى الله عليه وسلم، وكان شديد العداوة [والأذية] للنبي صلى الله عليه وسلم، فلا فيه دين، ولا حمية للقرابة -قبحه الله- فذمه الله بهذا الذم العظيم، الذي هو خزي عليه إلى يوم القيامة فقال: { تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ } أي: خسرت يداه، وشقى { وَتَبَّ } فلم يربح
“Abu Lahab merupakan paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun ia sangat memusuhi dan menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada dalam dirinya agama dan juga tidak ada rasa hormat terhadap hubungan kekerabatan -semoga Allah memburukkannnya-. Maka Allah pun mencelanya dengan celaan yang besar, yang merupakan kehinaan baginya hingga hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman, {TABBAT YADAA ABII LAHAB} yang artinya, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab.” Yaitu, rugi dan celaka kedua tangannya, dan ia benar-benar tidak akan beruntung.”
Abu Lahab merupakan salah satu orang yang memusuhi dakwah Islam walaupun ia masih merupakan kerabat Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Permusuhan Abu Lahab terhadap Nabi sangatlah keras walaupun ia merupakan kerabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saking kerasnya permusuhan tersebut, hingga akhirnya diabadikan dalam Al-Quran.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan hadis yang mengisahkan tentang permusuhan Abu Lahab terhadap Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam,
قال الإمام أحمد : حدثنا إبراهيم بن أبي العباس ، حدثنا عبد الرحمن بن أبي الزناد ، عن أبيه قال : أخبرني رجل – يقال له : ربيعة بن عباد ، من بني الديل ، وكان جاهليا فأسلم – قال : رأيت النبي صلى الله عليه وسلم في الجاهلية في سوق ذي المجاز وهو يقول : ” يا أيها الناس ، قولوا : لا إله إلا الله تفلحوا ” والناس مجتمعون عليه ، ووراءه رجل وضيء الوجه أحول ذو غديرتين ، يقول : إنه صابئ كاذب . يتبعه حيث ذهب ، فسألت عنه فقالوا : هذا عمه أبو لهب
Imam Ahmad berkata, telah menceritakan pada kami Ibrahim bin Abi Al-Abbas, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abi Zinad, dari ayahnya, dia berkata, “Telah mengabarkan padaku seorang laki-laki yang bernama Bini Ad-Diil -dulunya ia seorang Jahiliyah, lalu masuk Islam-. Dia berkata, ‘Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada masa Jahiliyah di pasar Dzu al-Majaz berkata, “Wahai manusia, katakanlah Laa ilaaha illallaha (tiada tuhan yang layak disembah selain Allah), niscaya kalian akan beruntung.”
Manusia pun berkumpul mengerumuninya. Di belakang beliau ada seorang dengan wajah yang tampan, bermata juling, dengan rambut berkuncir dua. Ia berkata, “Ia adalah orang yang menyimpang dan seorang pendusta.” Ia mengikuti Nabi kemanapun beliau berada. Maka aku pun bertanya tentang orang tersebut, lalu mereka menjawab, “Itu adalah pamannya, Abu Lahab.”
Baca juga: Surah Al-Fatihah sebagai Ruqyah
Itulah Abu Lahab, salah seorang paman Nabi yang malah memusuhi dakwah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Selain itu, istri Abu Lahab pun merupakan seorang yang mendukung suaminya dalam keburukan, Allah Ta’ala berfirman,
وَّامْرَاَتُهٗۗ حَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ
“Dan istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).” (QS. Al-Lahab: 4)
Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya,
وكانت أيضًا شديدة الأذية لرسول الله صلى الله عليه وسلم، تتعاون هي وزوجها على الإثم والعدوان، وتلقي الشر، وتسعى غاية ما تقدر عليه في أذية الرسول صلى الله عليه وسلم
“Dan istrinya juga merupakan orang yang sangat menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia dan suaminya saling bekerjasama dalam dosa dan permusuhan, juga menyebar keburukan. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu, apa hubungannya turunnya ayat ini dengan bukti bahwa tidak mungkin Al-Quran merupakan tulisan Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam? Jika kita perhatikan, turunnya surah ini ketika Abu Lahab dan istrinya masih hidup dan aktif memusuhi Nabi Muhammad. Padahal jika kita perhatikan kembali, banyak di antara orang-orang Quraisy yang awalnya memusuhi Islam, mereka akhirnya masuk Islam. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi tokoh penting dalam Islam.
Di antara orang-orang Quraisy yang awalnya memusuhi Rasulullah lalu masuk Islam adalah Umar bin Khattab. Awalnya, Umar memusuhi Rasulullah, akan tetapi setelahnya membela Rasulullah dan bahkan menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar radhiyallahu ’anhu. Ada juga Khalid bin Walid yang merupakan otak di balik serangan balik kaum Quraisy di perang Uhud yang memporak-porandakan barisan kaum muslimin. Setelah masuk Islam, beliau menjadi komandan pasukan Islam yang tak terkalahkan. Ada juga Abu Sufyan, sang komandan perang Uhud dan perang Khandaq; yang setelah terjadi Fathu Makkah, beliau pun masuk Islam.
Lalu, atas dasar apa Nabi Muhammad menyebutkan nama Abu Lahab sebagai orang yang akan masuk neraka? Tentu karena Al-Quran merupakan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karangan atau tulisan dari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Buktinya, Abu Lahab tidaklah masuk Islam dan mati dalam kekafiran.
Jika kita renungkan kembali mengenai turunnya surah Al-Lahab ini, aslinya mudah bagi Abu Lahab untuk membuktikan salahnya Islam. Bagaimana caranya? Yaitu dengan pura-pura menerima kebenaran agama Islam setelah turunnya ayat ini. Ia bisa menjadi seorang munafik yang berpura-pura masuk Islam ketika mendengar kabar turunnya ayat ini, sehingga memasukkan keraguan ke dalam hati kaum muslimin.
Akan tetapi, Al-Quran diturunkan oleh Zat yang Maha mengetahui,
اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taubah: 115)
Allah tahu Abu Lahab tidak akan berbuat demikian karena satu dan lain hal, dan benarlah apa yang dikatakan Allah dan surah Al-Lahab. Abu Lahab dan istrinya, keduanya mati dalam keadaan kafir.
Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata dalam tafsirnya,
ففي هذه السورة، آية باهرة من آيات الله، فإن الله أنزل هذه السورة، وأبو لهب وامرأته لم يهلكا، وأخبر أنهما سيعذبان في النار ولا بد، ومن لازم ذلك أنهما لا يسلمان، فوقع كما أخبر عالم الغيب والشهادة
“Dalam surah ini, ada satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah menurunkan surah ini dalam keadaan Abu Lahab dan istrinya belum binasa. Allah mengabarkan bahwa keduanya akan diazab di dalam neraka dan itu pasti terjadi. Konsekuensi dari turunnya ayat ini bahwa keduanya pasti tidak akan masuk Islam. Realitanya, itulah yang terjadi sebagaimana yang dikabarkan Allah Yang Maha mengetahui segala hal yang gaib dan yang nyata.”
Baca juga: Surah-Surah yang Dibaca oleh Rasulullah ketika Salat
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel Muslim.or.id
Referensi:
- Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, karya Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
- https://www.islamweb.net
Artikel asli: https://muslim.or.id/105546-mengenal-surah-al-lahab-dan-bukti-al-quran-bukan-tulisan-nabi-muhammad.html